A. PENGERTIAN
Malaria
adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001,
hal 406).
Malaria
adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa
spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk
(Corwin, 2000, hal 125).
Malaria
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari
genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria
adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit
Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja,
2000).
Malaria
adalah suatu penyakit akut dan bisa menjadi kronik, disebabkan protozoa yang
hidup intra sel, genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia, dan
splenomegali.
B. ETIOLOGI
Menurut
Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi
yaitu:
·
Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang
paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke
tiga)
·
Plasmodium falciparum, memberikan banyak
komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan
pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam)
·
Plasmodium malariae, jarang ditemukan
dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari empat)
·
Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah
Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian,
memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa
pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
pada malaria masih belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan
hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama
mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat
melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada endothelium kapiler.
Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup. Peran
beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam
patogenesis demam dan peradangan. Skizogoni ekso eritrositik mungkin dapat
menyebabkan reaksi leukosit dan fagosit, sedangkan sprozoit dan gametosit tidak
menimbulkan perubahan patofisiologik.
Patofisiologi
malaria adalah multifaktoral dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai
berikut penghancuran eritrosit. Eritrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya
eritrosit yang mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosis yang
mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan
anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intravaskular yang berat dapat
terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Mediator endotoksin makrofag.
Pada
saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif
endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang rupanya menyebabkan
perubahan patofisiologi yang berhubungan dengan malaria. Endotoksin tidak
terdapat pada parasit malaria, mungkin asalnya dari rongga saluran pencernaan
dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF). TNF
adalah suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang
terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan
demam, hipoglikemia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS =
Adult Respiratory Disease Sindrom) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam
pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan P. falciparum in vitro dan
dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada
endothelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria
falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia,
hiperparasitemia dan beratnya penyakit.
Sekuestrasi
eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut P.
falciparum dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya.
Tonjolan tersebut mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi
malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung P. falciparum
terhadap endotelium kapiler darah dalam organ tubuh, sehingga skizogoni
berlangsung di sirkulasi organ tubuh, bukan di sirkulasi perifer.
Eritrosit
yang terinfeksi menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan
(sludge) yang membendung kapiler dalam organ tubuh.
Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi lebih permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut.
Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi lebih permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut.
Sporozoit
Masuk jaringan TNF meningkat konsentrasi Interleukin
Membelah menjadi Stimulus zat
merozoit pirogen
Infeksi organ lainà Masuk sirkulasi Hipothalamus mencapai setpoint
resiko tinggi infeksi Invasi elektrolità panas tubuh meningkat
Hipertermi à Eritrosit lisis
anemia à anoksia à penurunan
Masuk jaringan TNF meningkat konsentrasi Interleukin
Membelah menjadi Stimulus zat
merozoit pirogen
Infeksi organ lainà Masuk sirkulasi Hipothalamus mencapai setpoint
resiko tinggi infeksi Invasi elektrolità panas tubuh meningkat
Hipertermi à Eritrosit lisis
anemia à anoksia à penurunan
komponen seluler
anoreksia pengirim O2 dan nutrisi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan kompensasi menggigil perubahan perfusi jaringan
Penurunan suplai O2
Berkeringat berlebih Kelelahan
àRasa haus positif
Dehidrasi
Dehidrasi
Kekurangan vol. cairan
D. MANIFESTASI
KLINIK
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien
dngan malaria secara umum menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
a.
Demam
Demam periodik yang berkaitan
dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax
dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap
hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam
dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa
serangan demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu
terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
1) Periode
dingin.
Mulai menggigil, kulit kering
dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan
pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling
terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2) Periode
panas.
Muka merah, kulit panas dan
kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok
(tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode
ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat.
3) Periode
berkeringat.
Penderita berkeringat mulai
dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita
merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.
b.
Splenomegali
Splenomegali
adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen
eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571).
Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali
lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas
anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang
membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke
kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
c.
Anemia
Derajat
anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit
normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan
eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
d.
Ikterus
Ikterus
adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin
dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga
jenis ikterus antara lain :
1) Ikterus
hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya
(penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada
destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua
bilirubin yang di hasilkan
2) Ikterus
hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan
konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut
dengan hepatoseluler.
3) Ikterus
Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah
ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus
obstuktif .
E. KOMPLIKASI
Menurut
Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria adalah :
a.
Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%)
bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai
secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk
disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat
fokal atau menyeluruh.
b.
Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak
(<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian
mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan
aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya
terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.
c.
Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan.
Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang
menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult
Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
d.
Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun.
F. PEMERIKSAAN
DIAOGNOSTIK
1.
Pemeriksaan
mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya
didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan
ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita. Uji imunoserologis yang
dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan
mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey
epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan.
Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan
ditemukanya parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis
satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman
malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara
pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat
tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan
spesifisitas mencapai 100%).
-
Waktu
pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode demam memasuki periode
berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai
maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
-
Volume
yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan
volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk
sedian tipis.
-
Kualitas
perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
-
Identifikasi
spesies plasmodium
-
Identifikasi
morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya
digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
a.
QBC
(Semi Quantitative Buffy Coat)
b.
Prinsip
dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat
acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC
merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter
tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan
spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
c.
Pemeriksaan
imunoserologis
Pemeriksaan
imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap
paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang
terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik
radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
d.
Pemeriksan
Biomolekuler
Pemeriksaan
biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam
darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan
eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
Medis
Pengobatan
malaria menurut keperluannya dibagi menjadi pencegahan bila obat diberikan
sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif bila obat diberikan untuk mencegah
timbulnya gejala klinis, pengobatan kuratif untuk pengobatan infeksi yang sudah
terjadi terdiri dari serangan akut dan radikal, dan pengobatan untuk mencegah
transmisi atau penularan bila obat digunakan terhadap gametosit dalam darah. Program
pemberantasan malaria dikenal 3 cara pengobatan, yaitu :
1.
Pengobatan presumtif dengan pemberian skizontisida
dosis tunggal untuk mengurangi gejala klinis malaria dan mencegah penyebaran.
2.
Pengobatan radikal diberikan untuk malaria yang menimbulkan
relaps jangka panjang
3.
Pengobatan massal digunakan pada setiap penduduk di
daerah endemis malaria secara teratur. Saat ini pengobatan massal hanya di berikan
pada saat terjadi wabah.
Obat antimalaria terdiri dari 5
jenis, antara lain(11,15) :
ü Skizontisid
jaringan primer yang membasmi parasit pra-eritrosit, yaitu proguanil,
pirimetamin
ü Skizontisid
jaringan sekunder yang membasmi parasit ekso-eritroit, yaitu primakuin
ü Skizontisid
darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan
amodiakuin
ü Gametosid
yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh bagi
keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malaria, P.ovale, adalah kina,
klorokuin, dan amidokuin
ü Sporontosid
mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoid dalam
nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
Terapi Non Farmakologi
The Center for disease Control and Prevention (CDC)
merekomendasikan hal berikut untuk membantu mencegah merebaknya malaria;
·
semprotkan atau gunakan obat pembasmi nyamuk di
sekitar tempat tidur
·
Gunakan pakaian yang bisa menutupi tubuh disaat senja
sampai fajar
·
Atau bisa menggunkan kelambu di atas tempat tidur,
untuk menghalangi nyamuk mendekat
·
Jangan biarkan air tergenang lama di got, bak mandi,
bekas kaleng atautempat lain yang bisa menjadi sarang nyamuk
BAB
3
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN FEBRIS ( MALARIA )
A. PENGKAJIAN
1.
Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan,
kelemahan
Tanda : Kelemahan
otot dan penurunan kekuatan
2.
Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal
Geala : -
3.
Eliminasi
Gejela : Tidak
ada perubahan
Tanda : Distensi
abdomen
4.
Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia,
mual dan muntah
Tanda : Penurunan
berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot
5.
Pernafasan
Tanda : reguler
Gejala : 18 x / menit
6.
Neuro
Sensori
Tanda : pusing
Gejala : Gelisah
-
Identias
klien
NO
MRS : 757-914
Inisial
Klien : Tn . H
Umur : 20
Jenis
Kelamin : laki- laki
Pekerjaan
: Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Jln. Ayani, Sepakat II
Dx
Medis : febris ( malaria )
Tanggal : 8 juni 2012
B. ANALISA
DATA
DATA
|
MASALAH
|
DS
:
-
Px
mengatakan makan 2 – 3 sendok setiap pagi
-
Px
mengatakan sering mual dan muntah
DO :
-
Px
tampak lemah
-
TD
: 120/ 80 mmHg
DT :
-
BB
( sebelum dan sesudah )
-
TB
|
Nutrisi
kurang dari kebuuhan
|
DS
:
-
Px mengatakan nyeri di epigasrium
-
Px
mengatakan nyeri di lumbal kanan
-
Px
mengatakan sering mual dan muntah
DO:
-
Nadi
: 84 x / m
-
Kulit
berkeringat dan lembab
-
Perut
: distensi ( + )
-
Saat
di tekan abdomen px, wajah tampak meringis
-
Skala
nyeri 7
|
Nyeri
Abdomen
|
C. DIAGNOSA
PRIORITAS
1.
Nyeri
Akut b/d Mual dan muntah
2.
Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan b/d anorexia
D. INTERVENSI
1. Nyeri
Abdomen b/d mual dan muntah
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Nyeri Abdomen
Berhubungan
dengan :
Mual
dan muntah
DS :
-
Px mengatakan nyeri di epigasrium
-
Px mengatakan nyeri di lumbal
kanan
-
Px mengatakan sering mual dan
muntah
DO:
-
Nadi : 84 x / m
-
Kulit berkeringat dan lembab
-
Perut : distensi ( + )
-
Saat di tekan abdomen px, wajah
tampak meringis
-
Skala nyeri 7
|
NOC :
v Pain
Level,
v pain
control,
v comfort
level
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x 24 jam Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
·
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
·
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
·
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
· Tanda
vital dalam rentang normal
· Tidak
mengalami gangguan tidur
|
NIC :
§ Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§ Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
§ Kurangi
faktor presipitasi nyeri
§
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
§
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
§ Tingkatkan
istirahat
§ Berikan
informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
§
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
|
2. Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan b/d Anorexia
Diagnosa
Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana
keperawatan
|
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
Tidak
adanya nafsu untuk menelan makanan ( anorexia ).
DS:
-
Px
mengatakan makan 2 – 3 sendok setiap pagi
-
Px
mengatakan sering mual dan muntah
DO:
-
Px tampak lemah
-
TD
: 120/ 80 mmHg
DT
:
-
BB
( sebelum dan sesudah )
-
TB
|
NOC:
a.
Nutritional status: Adequacy of nutrient
b.
Nutritional Status : food and
Fluid Intake
c.
Weight Control
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan
indikator:
v Albumin
serum
v Pre
albumin serum
v Hematokrit
v Hemoglobin
v Total
iron binding capacity
v Jumlah
limfosit
|
§ Kaji
adanya alergi makanan
§
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
§
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
§
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
§
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
§ Monitor
lingkungan selama makan
§
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
§ Monitor
turgor kulit
§
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
§ Monitor
mual dan muntah
§
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
§ Monitor
intake nuntrisi
§
Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
§
Anjurkan banyak minum
|
E. EVALUASI
NO
|
|
EVALUASI
|
1.
Nyeri Akut
Berhubungan
dengan :
Mual dan muntah
|
|
S :
-
Klien
masih mengatakan mual dan muntah
-
Px mengeluh nyeri di epigastrium dan lumbal kanan.
O :
-
Px
tampak meringis saat palpasi abdomen
-
Perut
distensi (+)
-
Skala
nyeri 7
-
Nadi
84x/menit
-
Klit
berkeringat dan lembab
A :
-
Masalah
belum teratasi
P :
-
Lanjutkan
intervensi 1, 2, 5, 6 dan 7
|
2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
Tidak
adanya nafsu untuk menelan makanan ( anorexia ).
|
-
|
S :
-
Px
mengatakan tidak nafsu makan (2-3 sendok pada pagi hari)
-
Klien
masih mengeluh mual dan muntah
O :
-
Px
tampak lemah
-
TD
120/80 mmHg
-
Suhu
37,5 C
A :
-
Masalah
belum teratasi
P :
-
Lanjut
intervensi 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 14.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar