Komunikasi
Teraupetik Pada Sasaran Lansia
A.
Defenisi
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor
fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan
ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh
serta memperhatikan waktu yang tepat.
Indrawati (2003), mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim
terapeutik (Stuart dan Sundeen).
Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam
keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil
pada pasien lanjut usia (William et al , 2007).
B.
Manfaat
Komunikasi Teraupetik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong
dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat
dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan
evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003).
C.
Hal-Hal
Yang Perlu Diperhatikan Saat Berinteraksi Pada Lansia
Hal-hal
yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia yaitu :
1.
Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”,
kecuali apabila sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan
kesukaannya.
2.
Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3.
Pertahankan kontak mata dengan pasien
4.
Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan
mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif.
5.
Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya.
6.
Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak,
menggunakan bahasa dan kalimat yang sederhana.
7.
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien.
8.
Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien.
9.
Menyederhanakan atau menuliskan instruksi.
10. Mengenal
dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien.
11. Mengurangi
kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup
saat berinteraksi.
12. Gunakan
sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien saat
berinteraksi. (adelman, et al 2000).
D.
Pendekatan
Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi
1. Pendekatan fisik
Mencari
informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami,
peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di
kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini
relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya karena rill dan
mudah di observasi
2. Pendekatan psikologis
Karena
pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat
berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu
yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrap bagi klien.
3. Pendekatan social
Pendekatan
ini di lakukan untuk menikatkan keterampilan berinteraksi dalam lingkungan.
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar
klien dapat berinteraksi dengan sesama lisan maupun dengan petugas kesehatan.
4. Pendekatan spiritual
Perawat
harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan atau agama
yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.
E.
Teknik
Komunikasi Pada Lansia
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain
pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan
atau perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi
yang di lakukan dapat berlangsung secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang
dim inginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti.
Asertif merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat
membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapetik dengan klien
lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui
adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan
atau klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan
pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa
bantu…? berespon berate bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan
dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan
tenang bagi klien
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
di luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan meksud
pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas
kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisikaupun psikis
secara bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan
ini perlu di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya
dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan
perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini
dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi
beben bagi keluarganya dengan demikaian di harapkan klien termotovasi untuk
menyadi dan berkarya sesuai dengan kemapuannya selama memberi dukungan baik
secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau
mangajari klien karena ini dapat merendahan keparecayaan klien kepada perawat
atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi,
meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesen menggurui atau mengajari
misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu
bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancer. Klarifikasi dengan cara mengajukan
pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan
oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan
sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa
minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?
6. Sabar dan Iklas
Seperti di ketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami
perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini
bila tidak di sikapai dengan sabar dan iklas dapat menimbulkan perasaan jengkel
bagi perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapetik, solute namun
dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
F.
Hambatan
Komunikasi Teraupetik Pada Lansia
Proses
komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan tergannggu apabila
ada sikap agresif dan sikan nonasertif
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku
di bawah ini:
a)
Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan
bicara)
b)
Meremehkan orang lain
c)
Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan
diri sendiri
e)
Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam
perkataan maupun tindakan
2. Non asertif
Tanda tanda dari non aserti ini adalah
a)
Menarik diri bila di ajak berbicara
b)
Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c)
Merasa tidak berdaya
d)
Tidak berani mengungkap keyakinaan
e)
Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f)
Tampil diam (pasif)
g)
Mengikuti kehendak orang lain
h)
Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga
hubungan baik dengan orang lain.
Adanya
hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang
professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu
perlu adanya teknik atau tip-tip tertentu yang perlu di perhatikan agar
komunikasi berjalan dengan efektif anatara lain.
a.
Selalu mulai komunokasi dengan mengecek pendengeran
klien
b.
Keraskan suara anda jika perlu
c.
Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah
dia agar dia dapat melihat mulut anda
d.
Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi
yang baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan
yang cukup.
e.
Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi,
ingat kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil
bahwa klien tidak kooperatif.
f.
Jangan berharap untuk berkomunikasi denagn cara yang
sama dengan orang yang tidak mengalami jangguan. Sebaliknya bertindaklah
sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan
dan pemahamannya.
g.
Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya
gunakan kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
h.
Bantulah kata-kata anada dengan isyarat visual.
i.
Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda,
misalnya ketika melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan
bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi,
postur dan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria
atau tertawa secukupnya).
j.
Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari
pembicaraan tersebut.
k.
Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan anda.
l.
Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara
langsung, tahan keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m.
Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit
mendengarkanya.
n.
Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
G.
Pendekatan
untuk Berkomunikasi pada lansia
Ketika berkomunikasi dengan pasien lanjut usia dengan pendengaran yang
berkurang, tataplah pasien sehingga pasien dapat membaca bibir dan menggunakan
isyarat mata. Meminimalkan kebisingan, dan berbicara pelan, jelas, dan dalam
nada yang normal. Berteriak akan menghambat komunikasi, mengubah nada
berfrekuensi tinggi, dan mempersulit pasien untuk memahami kata-kata anda. Jika
suara anda melengking, meredam lengkingan ketika anda berbicara dapat
membantu pasien untuk mendengar anda dengan lebih baik. Ketika memberikan
instruksi untuk medikasi, tes, atau pengobatan, hindarkan untuk bertanya kepada
pasien apakahdia mengerti.
Orang dengan gangguan pendengaran mungkin akan menjawab “ya” tanpa menyadari
bahwa mereka belum mendengar apapun atau salah memahami beberapa
informasi.Pendekatan yang lebih baik untuk mengecek pemahaman pasien adalah
dengan meminta pasienuntuk mengulang instruksi (Adelman et al ., 2000).
Akhirnya, karena pendengaran memburuk dikemudian hari,appointment yang
lebih awal umumnya lebih baik (Veras & Mattos, 2007).
Jika tersedia, pengeras suara (alat portable yang memperkuat suara dokter
dan memancarkannya ke headphones yang dipakai oleh pasien) diketahui sangat
memudahkan komunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan pendengaran
(Fook & Morgan, 2000).
Ketika berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan penglihatan, lingkungan
klinik dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan
warna-warna kontras untuk membuat objek lebih jelas (mis. kerangka pintu,
kursi yang berada dilantai klinik), dan menggunakan huruf yang besar serta
berwarna kontras untuk setiap tanda. Setiap bahan dengan tulisan harus dicetak
paling tidak dengan huruf berukuran 14 diatas kertas berwarna. Direkomendasikan
untuk menggunakan dua sumber cahaya, pencahayaan untuk latar belakang dan lampu
tertutup (Roter, 2000).
Ketika membahas rencana pengobatan, ingatlah masalah keamanan potensial
yaitu gangguan penglihatan. Sebagai contoh, pasien lanjut usia kadang-kadang
akan meletakkan obatnya dalam satu wadah dan tergantung pada satu warna untuk
mengenalinya. Ini dapatmenjadi masalah keamanan, karena banyak obat yang
berwarna putih, biru muda, hijau muda,yang akan terlihat berwarna abu-abu oleh
mata yang telah menua. Warna merah, oranye, dan kuning paling baik dilihat dan
dapat digabungkan kedalam perawatan. Pada contoh lain, pasienyang mengalami
kesulitan memastikan dosis insulin dapat diinstruksikan untuk
ditempatkan pada warna merah diatas meja, yang akan mempermudahnya untuk
melihat jarum dan vial.
Kertas kontak berwarna merah dapat dibalutkan pada pegangan untuk berjalan,
tongkat atau tabung oksigen untuk membantu pasien lanjut usia untuk
mengambilnya (Adelman et al ., 2000).
Sebagai akibatnya, sangat penting untuk mendekati pasien dengan cara yang
tenang danmenyenangkan. Pasien demensia sangat bergantung pada komunikasi
nonverbal, maka pentinguntuk tidak membiarkan bahasa tubuh anda memberikan
kesan bahwa anda sedang tergesa-gesa (Orange, 2000 ; Smith et al ., 2006).
Saat memasuki ruangan pemeriksaan, anda sebaiknya langsung mengarah ke
pasiendengan tenang, menjaga kontak mata dan menampilkan ekspresi yang
bersahabat. Pergunakan nada suara yang tenang dan lembut sembari menyentuh bahu
pasien dengan lembut akan menunjukkan anda peduli dan ingin berbagi. Anda harus
memperkenalkan diri, walaupun anda telah mengenal pasien ini cukup lama. Akan
cukup efektif bila anda menghabiskan beberapa menit untuk mengobrol dan
mengingatkan pasien pada keadaan sosialnya. Proses mengingatkan ini merupakan
tehnik komunikasi yang cukup efektif pada pasien demensia, karena hal ini akan
membangkitkan memori jangka panjang mereka, membuat kilas balik masa lalu, saat
ini dan masa akan datang dalam pikiran mereka serta mengurangi ketegangan
(Puentes, 1998).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar