Selasa, 20 November 2012

PENTINGNYA PERSAHABATAN









Istilah sahabat dalam Islam sedemikian popular. Nabi memiliki banyak
sahabat dalam mengembangkan Islam. Ada empat sahabat nabi yang
amat dikenal, yang kemudian memimpin masyarakat Islam
sepeninggal Nabi, yaitu Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali. Ke empat
sahabat nabi ini, menurut tarekhnya, mereka sedemikian tulus dan
dekat dengan nabi.Para sahabat itu memiliki komitmen yang amat
tinggi dalam memperjuangkan Islam. Apa saja ynag dilakukan oleh
nabi, mereka ikuti dan kerjakan. Hubungan mereka dijalin bukan atas
kepentingan, melainkan atas dasar cinta terhadap ajaran Islam yang
sedemikian mulia. Atas dasar itu maka hidup dan atau mati mereka,
hanya diperuntukkan bagi perjuangan agama Allah itu.
Sebaliknya, antara sahabat dengan nabi tidak pernah terjadi konflik,
salah paham, dan sejenisnya.Mereka itu semua adalah orang-orang
yang setia, sehingga pada saat nabi masih hidup, sekalipun
sedemikian berat, perjuangan nabiselalu berhasil dengan gemilang.
Kiranya tidak bisaa dibayangkan, andaikan para sahabat tersebut,
tidak memiliki komitmen dan atau hati mereka tidak diikat oleh tali
kasih sayang yang mendalam. Mungkin nabi akan disibukkan oleh
persoalan-persoalan internal di lingkungan sahabat
sendiri.Persahabatan seperti itu, memang seharusnya bisa dicontoh
oleh umatnya. Persahabatan dalam Islam diikat oleh tali keimanan dan
kasih sayang di antara mereka. Iman selalu bersemayam di hati dan
bukan hanya terletak di alam pikiran. Iman berbeda dengan sebatas
pemahaman. Jika iman berada di hati maka pemahaman dan
kesepakatan atau komitmen selalu berada di alam pikiran. Suara hati
agaknya memang berbeda dengan suara akal. Suara hati selalu
didasari oleh nilai-nilai luhur kasih sayang, sedangkan kesepakatan
dan komitmen didasari oleh kepentingan-kepentingan.
Ikatan keseimanan dan kasih sayang, tidak mengenal transaksi,
pertimbangan untung atau rugi, dan siapa mendapatkan apa. Berbeda
dengan itu adalah hubungan-hubungan rasional dan kesepahaman

"sahabat yang baik adalah sahabat yang tidak selalu memikirkan kesenangan tetapi ia ada waktu ketika dalam kesusahan"  (chairul, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar