ASUHAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DIABETIK
KETOASIDOSIS
PEMBAHASAN
- Definisi
Keto Asidosis Diabetik (KAD) adalah
keadaan dekompensasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis terutama disebabkan oleh defisiensi insulin
absolut atau relative. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes
mellitus (DM) yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat
diuresia osmotik, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan dapat sampai
menyebabkan syok.
- Etiologi
Terdapat pada orang yang diketahui
diabetes oleh adanya stressor yang meningkatkan kebutuhan akan insulin, ini
dapat terjadi jika diabetes tidak terkontrol karena ketidak mampuan untuk
menjalani terapi yang telah ditentukan. Pencetus yang sering infeksi,
stressor-stersor utama lain yang dapat mencetuskan diabetic ketoasidosis adalah
pembedahan, trauma, terapi dengan steroid dan emosional
- Patofisiologi
Adanya defisiensi insulin baik secara
relatif maupun absolut yang disertai peningkatan hormon-hormon kontra regulator
yakni : glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth hormone, menyebabkan
hiperglikemia disertai peningkatan lipolisis dan produksi keton, yakni :
asetoasetat, β-hidroksibutirat dan aseton yang merupakan asam kuat dan dapat
menyebabkan asidosis metabolik. Hiperglikemia menyebabkan diuresis osmotik yang
mengakibatkan dehidrasi dan kehilangan mineral dan elektrolit
- Manifestasi Klinis
1. Poliuria
2. Polidipsi
3. Pengelihatan kabur
4. Lemah
5. Sakit kepala
6. Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg atau > pada saat
2. Polidipsi
3. Pengelihatan kabur
4. Lemah
5. Sakit kepala
6. Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg atau > pada saat
berdiri)
7. Anoreksia
8. Mual
9. Muntah
10. Nyeri abdomen
11. Nafas aseton
12. Hiperventilasi
13. Perubahan status mental (sadar, letargik, koma)
14. Kadar gula darah tinggi (> 240 mg/dl)
15. Terdapat keton di urin
16. Nafas berbau aseton
17. Badan lemas
18. Bisa terjadi ileus sekunder akibat hilangnya K+ karena diuresis osmotik
19. Kulit kering
20. Keringat
21. Kussmaul ( cepat, dalam ) karena asidosis metabolic
7. Anoreksia
8. Mual
9. Muntah
10. Nyeri abdomen
11. Nafas aseton
12. Hiperventilasi
13. Perubahan status mental (sadar, letargik, koma)
14. Kadar gula darah tinggi (> 240 mg/dl)
15. Terdapat keton di urin
16. Nafas berbau aseton
17. Badan lemas
18. Bisa terjadi ileus sekunder akibat hilangnya K+ karena diuresis osmotik
19. Kulit kering
20. Keringat
21. Kussmaul ( cepat, dalam ) karena asidosis metabolic
- Komplikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian akibat KAD adalah:
1. Terlambat didiagnosis karena biasanya penyandang DM dibawa setelah koma.
2. Pasien belum tahu bahwa ia menyandang DM.
3. Sering ditemukan bersama-sama dengan komplikasi lain yang berat, seperti: renjatan
1. Terlambat didiagnosis karena biasanya penyandang DM dibawa setelah koma.
2. Pasien belum tahu bahwa ia menyandang DM.
3. Sering ditemukan bersama-sama dengan komplikasi lain yang berat, seperti: renjatan
(syok), stroke, dll.
4. Kurangnya fasilitas laboratorium yang menunjang suksesnya penatalaksanaan KAD
4. Kurangnya fasilitas laboratorium yang menunjang suksesnya penatalaksanaan KAD
Komplikasi yang dapat terjadi akibat KAD yaitu:
1. Oedema paru
2. Hipertrigliserida
3. Infark miokard akut
4. Hipoglikemia
5. Hipokalsemia
6. Hiperkloremia
7. Oedema otak
8. Hipokalemia
2. Hipertrigliserida
3. Infark miokard akut
4. Hipoglikemia
5. Hipokalsemia
6. Hiperkloremia
7. Oedema otak
8. Hipokalemia
- Penatalaksanaan
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi
dehidrasi, hiperglikemia, dan ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi
penyakit penyerta yang ada.
Pengawasan ketat, KU jelek masuk HCU/ICU
Pengawasan ketat, KU jelek masuk HCU/ICU
Tujuan penatalaksanaan :
1) Memperbaiki sirkulasi dan perfusi
jaringan (resusitasi dan rehidrasi),
2) Menghentikan ketogenesis
(insulin),
3) Koreksi gangguan elektrolit,
4) Mencegah komplikasi,
5) Mengenali dan menghilangkan
faktor pencetus.
Berikut adalah beberapa tahapan tatalaksana KAD :
v Penilaian
Klinik Awal
1. Pemeriksaan fisik (termasuk berat badan), tekanan
darah, tanda asidosis (hiperventilasi), derajat kesadaran (GCS), dan derajat
dehidrasi.
2. Konfirmasi biokimia: darah lengkap (sering dijumpai
gambaran lekositosis), kadar glukosa darah, glukosuria, ketonuria, dan analisa
gas darah.
Resusitasi
a. Pertahankan jalan napas.
b. Pada syok berat berikan oksigen 100% dengan
masker.
c. Jika syok berikan larutan isotonik (normal salin
0,9%) 20 cc/KgBB bolus.
d. Bila terdapat penurunan kesadaran perlu pemasangan
naso-gatrik tube untuk menghindari aspirasi lambung.
e. Observasi Klinik
v Pemeriksaan dan
pencatatan harus dilakukan atas :
a. Frekwensi nadi, frekwensi napas, dan tekanan darah
setiap jam.
b. Suhu badan dilakukan setiap 2-4 jam.
c. Pengukuran balans cairan setiap jam.
d. Kadar glukosa darah kapiler setiap jam.
e. Tanda klinis dan neurologis atas edema serebri :
f. EKG : untuk menilai gelombang T, menentukan tanda
hipo/hiperkalemia.
g. Keton urine sampai negatif, atau keton darah (bila
terdapat fasilitas).
v Rehidrasi
Penurunan osmolalitas cairan
intravaskular yang terlalu cepat dapat meningkatkan resiko terjadinya edema
serebri.
Langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah:
a. Tentukan derajat dehidrasi penderita.
b. Gunakan cairan normal salin 0,9%.
c. Total rehidrasi dilakukan 48 jam, bila terdapat
hipernatremia (corrected Na) rehidrasi dilakukan lebih perlahan bisa sampai 72
jam.
d. 50-60% cairan dapat diberikan dalam 12 jam
pertama.
e. Sisa kebutuhan cairan diberikan dalam 36 jam
berikutnya.
v Penggantian
Natrium
a. Koreksi Natrium dilakukan tergantung pengukuran
serum elektrolit.
b. Monitoring serum elektrolit dapat dilakukan setiap
4-6 jam.
c. Kadar Na yang terukur adalah lebih rendah, akibat
efek dilusi hiperglikemia yang terjadi.
d. Artinya : sesungguhnya terdapat peningkatan kadar
Na sebesar 1,6 mmol/L setiap peningkatan kadar glukosa sebesar 100 mg/dL di
atas 100 mg/dL.
e. Bila corrected Na > 150 mmol/L, rehidrasi
dilakukan dalam > 48 jam.
f. Bila corrected Na < 125 mmol/L atau cenderung
menurun lakukan koreksi dengan NaCl dan evaluasi kecepatan hidrasi.
g. Kondisi hiponatremia mengindikasikan overhidrasi
dan meningkatkan risiko edema serebri.
v Penggantian Kalium
Pada saat asidosis terjadi kehilangan
Kalium dari dalam tubuh walaupun konsentrasi di dalam serum masih normal atau
meningkat akibat berpindahnya Kalium intraseluler ke ekstraseluler. Konsentrasi
Kalium serum akan segera turun dengan pemberian insulin dan asidosis teratasi.
a. Pemberian Kalium dapat dimulai bila telah
dilakukan pemberian cairan resusitasi, dan pemberian insulin. Dosis yang
diberikan adalah 5 mmol/kg BB/hari atau 40 mmol/L cairan.
b. Pada keadaan gagal ginjal atau anuria, pemberian
Kalium harus ditunda.
v Penggantian Bikarbonat
a. Bikarbonat sebaiknya tidak diberikan pada awal
resusitasi.
b. Terapi bikarbonat berpotensi menimbulkan:
- Terjadinya asidosis cerebral.
- Hipokalemia.
- Excessive osmolar load.
- Hipoksia jaringan.
- Terapi bikarbonat diindikasikan hanya pada asidossis berat (pH < 7 dengan bikarbonat serum < 5 mmol/L) sesudah dilakukan rehidrasi awal, dan pada syok yang persistent.
- Jika diperlukan dapat diberikan 1-2 mmol/kg BB dengan pengenceran dalam waktu 1 jam, atau dengan rumus: 1/3 x (defisit basa x KgBB). Cukup diberikan ¼ dari kebutuhan.
v Pemberian
Insulin
a. Insulin hanya dapat diberikan setelah syok teratasi
dengan cairan resusitasi.
b. Insulin yang digunakan adalah jenis Short
acting/Rapid Insulin (RI).
c. Dalam 60-90 menit awal hidrasi, dapat terjadi
penurunan kadar gula darah walaupun insulin belum diberikan.
d. Dosis yang digunakan adalah 0,1 unit/kg BB/jam atau
0,05 unit/kg BB/jam pada anak < 2 tahun.
e. Pemberian insulin sebaiknya dalam syringe pump
dengan pengenceran 0,1 unit/ml atau bila tidak ada syringe pump dapat dilakukan
dengan microburet (50 unit dalam 500 mL NS), terpisah dari cairan
rumatan/hidrasi.
f. Penurunan kadar glukosa darah (KGD) yang
diharapkan adalah 70-100 mg/dL/jam.
g. Bila KGD mencapai 200-300 mg/dL, ganti cairan
rumatan dengan D5 ½ Salin.
h. Kadar glukosa darah yang diharapkan adalah 150-250
mg/dL (target).
i.
Bila KGD <
150 mg/dL atau penurunannya terlalu cepat, ganti cairan dengan D10 ½ Salin.
j.
Bila KGD
tetap dibawah target turunkan kecepatan insulin.
k. Jangan menghentikan insulin atau mengurangi sampai
< 0,05 unit/kg BB/jam.
l.
Pemberian
insulin kontinyu dan pemberian glukosa tetap diperlukan untuk menghentikan
ketosis dan merangsang anabolisme.
m. Pada saat tidak terjadi perbaikan
klinis/laboratoris, lakukan penilaian ulang kondisi penderita, pemberian
insulin, pertimbangkan penyebab kegagalan respon pemberian insulin.
n. Pada kasus tidak didapatkan jalur IV, berikan
insulin secara intramuskuler atau subkutan. Perfusi jaringan yang jelek akan
menghambat absorpsi insulin.
v Tatalaksana
edema serebri
Terapi harus segera diberikan sesegera
mungkin saat diagnosis edema serebri dibuat, meliputi:
a. Kurangi kecepatan infus.
b. Mannitol 0,25-1 g/kgBB diberikan intravena dalam
20 menit (keterlambatan pemberian akan kurang efektif).
c. Ulangi 2 jam kemudian dengan dosis yang sama bila
tidak ada respon.
d. Bila perlu dilakukan intubasi dan pemasangan
ventilator.
e. Pemeriksaan MRI atau CT-scan segera dilakukan bila
kondisi stabil.
v Fase
Pemulihan
Setelah KAD teratasi, dalam fase
pemulihan penderita dipersiapkan untuk: 1) Memulai diet per-oral. 2) Peralihan
insulin drip menjadi subkutan.
a. Memulai diet per-oral.
1.
Diet
per-oral dapat diberikan bila anak stabil secara metabolik (KGD < 250 mg/dL,
pH > 7,3, bikarbonat > 15 mmol/L), sadar dan tidak mual/muntah.
2.
Saat
memulai snack, kecepatan insulin basal dinaikkan menjadi 2x sampai 30 menit
sesudah snack berakhir.
3.
Bila anak
dapat menghabiskan snacknya, bisa dimulai makanan utama.
4.
Saat
memulai makanan, kecepatan insulin basal dinaikkan menjadi 2x sampai 60 menit
sesudah makan utama berakhir.
b. Menghentikan insulin intravena dan memulai
subkutan.
1. Insulin iv bisa dihentikan bila keadaan umum anak
baik, metabolisme stabil, dan anak dapat menghabiskan makanan utama.
2. Insulin subkutan harus diberikan 30 menit sebelum
makan utama dan insulin iv diteruskan sampai total 90 menit sesudah insulin
subkutan diberikan.
3. Diberikan short acting insulin setiap 6 jam, dengan
dosis individual tergantung kadar gula darah. Total dosis yang dibutuhkan
kurang lebih 1 unit/kg BB/hari atau disesuaikan dosis basal sebelumnya.
c. Dapat diawali dengan regimen 2/7 sebelum makan
pagi, 2/7 sebelum makan siang, 2/7 sebelum makan malam, dan 1/7 sebelum snack
menjelang tidur
- Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
v Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari
300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah
yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memiliki kadar sampai setinggi
1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada derajat dehidrasi.
Harus disadari
bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa
darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa
yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak
memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
mencapai 400-500 mg/dl.
v Natrium.
Efek hiperglikemia ekstravaskuler
bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk setiap 100 mg / dL glukosa lebih
dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh sekitar 1,6 mEq / L.
Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat dengan jumlah yang
sesuai.
v Kalium.
Ini perlu diperiksa sering, sebagai
nilai-nilai drop sangat cepat dengan perawatan. EKG dapat digunakan untuk
menilai efek jantung ekstrem di tingkat potasium.
v Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah,
yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10-
30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap
asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan asidosis)
dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin. Gunakan tingkat
ini dalam hubungannya dengan kesenjangan anion untuk menilai derajat asidosis.
v Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC)
menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai pergeseran kiri mungkin
menyarankan mendasari infeksi.
v Gas darah arteri (ABG).
pH sering <7.3. Vena pH dapat
digunakan untuk mengulang pH measurements. Brandenburg dan Dire menemukan bahwa
pH pada tingkat gas darah vena pada pasien dengan KAD adalah lebih rendah dari
pH 0,03 pada ABG. Karena perbedaan ini relatif dapat diandalkan dan bukan dari
signifikansi klinis, hampir tidak ada alasan untuk melakukan lebih menyakitkan
ABG. Akhir CO2 pasang surut telah dilaporkan sebagai cara untuk menilai
asidosis juga.
v Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan
fungsi ginjal. Selain itu, ketonuria dapat berlangsung lebih lama dari asidosis
jaringan yang mendasarinya.
v β-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat β kapiler
dapat digunakan untuk mengikuti respons terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih
besar dari 0,5 mmol / L dianggap normal, dan tingkat dari 3 mmol / L
berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
v Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal
ini digunakan untuk mendeteksi infeksi saluran kencing yang mendasari.
v Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) +
glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg / dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes
ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis >
330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini,
maka pasien jatuh pada kondisi koma.
v Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia
(misalnya, status gizi buruk, alkoholisme kronis), maka tingkat fosfor serum
harus ditentukan.
v Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang
lebih tinggi dari biasanya.
v Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea
nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat terjadi pada dehirasi. Setelah terapi
rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus
berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi
renal.Pengobatan efektif kasus ketoasidosis diabetik yang hebat (http://library.usu.ac.id,
2003)
Tabel: Sifat-sifat
penting dari tiga bentuk dekompensasi (peruraian) metabolik pada diabetes.
|
Diabetic
ketoacidosis(KAD) |
Hyperosmolar
non ketoticcoma(HONK) |
Asidosis laktat
|
Glukosa plasma
|
Tinggi
|
Sangat tinggi
|
Bervariasi
|
Ketone
|
Ada
|
Tidak ada
|
Bervariasi
|
Asidosis
|
Sedang/hebat
|
Tidak ada
|
Hebat
|
Dehidrasi
|
Dominan
|
Dominan
|
Bervariasi
|
Hiperventilasi
|
Ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik
dapat dilakukan dengan cara:
v Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar
dari 200mg/dl). Biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar
glukosa meningkat dibawah kondisi stress.
v Gula darah puasa normal atau diatas normal.
v Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
v Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
v Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat
meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan
propensitas pada terjadinya aterosklerosis.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Anamnesis :
Anamnesis :
·
Riwayat DM
·
Poliuria,
Polidipsi
·
Berhenti
menyuntuk insulin
·
Demam dan
infeksi
·
Nyeri perut,
mual, mutah
·
Penglihatan
kabur
·
Lemah dan
sakit kepala
·
Pemeriksan
Fisik :
·
Ortostatik
hipotensi (sistole turun 20 mmHg atau lebih saat berdiri)
·
Hipotensi,
Syok
·
Nafas bau
aseton (bau manis seperti buah)
·
Hiperventilasi
: Kusmual (RR cepat, dalam)
·
Kesadaran
bisa CM, letargi atau koma
·
Dehidrasi
1.
Pengkajian
gawat darurat :
a. Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada
tidaknya sputum atau benda asing yang menghalangi jalan nafas
b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada
tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan
c. Circulation : kaji nadi, capillary refill
2.
Pengkajian
head to toe
a. Data subyektif :
·
Riwayat
penyakit dahulu
·
Riwayat
penyakit sekarang
·
Status
metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungan dengan faktor-faktor
psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lain yang mempengaruhi glikosa
darah, penghentian insulin atau obat anti hiperglikemik oral.
b. Data Obyektif :
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit
bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada
keadaan istrahat atau aktifitas Letargi/disorientasi, koma
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah
postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi
vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang
lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning,
poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia
berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites,
bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
6. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk,
alergi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), kacau
mental, refleks tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut
dari DKA).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi,
tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk
dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit
rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
B. Diagnosa Prioritas
1) Kerusakan ventilasi spontan berhubungan dengan faktor metabolic
2) Pola napas tidak efektif berhubungan hiperventilasi
3) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volum aktif
1) Kerusakan ventilasi spontan berhubungan dengan faktor metabolic
2) Pola napas tidak efektif berhubungan hiperventilasi
3) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volum aktif
C. Intervensi
1)
Kerusakan
ventilasi spontan berhubungan dengan factor metabolic
·
Tujuan :
- Efektifnya jalan nafas
- Pengeluaran secret yang efektif
- Bebas dari dispnea
- Efektifnya jalan nafas
- Pengeluaran secret yang efektif
- Bebas dari dispnea
·
Intervensi
- Kaji respon pergantian status pernafasan klien (ekspirasi-inspirasi)
- Monitor dispnea dan penurunan RR
- Kaji riwayat klien penyakit kronik pernafasan
- Suction apabila diperlukan
- Kolaborasi dengan klien dan keluarga untuk pemasangan intubasi dan ventilator
- Kolaborasi pemberian analgesic dan sedative jika diperlukan
- Lakukan analisa gas darah, dan tidal volume
- Gunakan komunikasi efektif pada klien
- Jelaskan pada keluarga tentang keadaan klien yang mengalami dispnea, atau gangguan paru
- Kaji respon pergantian status pernafasan klien (ekspirasi-inspirasi)
- Monitor dispnea dan penurunan RR
- Kaji riwayat klien penyakit kronik pernafasan
- Suction apabila diperlukan
- Kolaborasi dengan klien dan keluarga untuk pemasangan intubasi dan ventilator
- Kolaborasi pemberian analgesic dan sedative jika diperlukan
- Lakukan analisa gas darah, dan tidal volume
- Gunakan komunikasi efektif pada klien
- Jelaskan pada keluarga tentang keadaan klien yang mengalami dispnea, atau gangguan paru
2)
Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
·
Tujuan :
- Pola nafas pasien kembali teratur.
- Respirasi rate pasien kembali normal.
- Pasien mudah untuk bernafas.
- Pola nafas pasien kembali teratur.
- Respirasi rate pasien kembali normal.
- Pasien mudah untuk bernafas.
·
Intervensi:
- Kaji status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal.
- Berikan terapi fisik dada termasuk drainase postural.
- Penghisapan untuk pembuangan lendir.
- Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas.
- Kolaborasi dalam pemberian farmakologi.
- Kaji status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal.
- Berikan terapi fisik dada termasuk drainase postural.
- Penghisapan untuk pembuangan lendir.
- Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas.
- Kolaborasi dalam pemberian farmakologi.
3)
Defisit volume
cairan berhubungan dengan kehilangan volum aktif
·
Tujuan :
- TTV dalam batas normal
- Pulse perifer dapat teraba
- Turgor kulit dan capillary refill baik
- Keseimbangan urin output
- Kadar elektrolit normal
- TTV dalam batas normal
- Pulse perifer dapat teraba
- Turgor kulit dan capillary refill baik
- Keseimbangan urin output
- Kadar elektrolit normal
·
Intervensi
- Kaji riwayat durasi/intensitas mual, muntah dan berkemih berlebihan
- Monitor vital sign dan perubahan tekanan darah orthostatic
- Monitor perubahan respirasi: kussmaul, bau aceton
- Observasi kualitas nafas, penggunaan otot asesori dan cyanosis
- Observasi ouput dan kualitas urin.
- Timbang BB
- Pertahankan cairan 2500 ml/hari jika diindikasikan
- Ciptakan lingkungan yang nyaman, perhatikan perubahan emosional
- Catat hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung
- Obsevasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur dan adanya distensi pada vaskuler
- Kaji riwayat durasi/intensitas mual, muntah dan berkemih berlebihan
- Monitor vital sign dan perubahan tekanan darah orthostatic
- Monitor perubahan respirasi: kussmaul, bau aceton
- Observasi kualitas nafas, penggunaan otot asesori dan cyanosis
- Observasi ouput dan kualitas urin.
- Timbang BB
- Pertahankan cairan 2500 ml/hari jika diindikasikan
- Ciptakan lingkungan yang nyaman, perhatikan perubahan emosional
- Catat hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung
- Obsevasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur dan adanya distensi pada vaskuler
·
Kolaborasi:
a) Pemberian NS dengan atau tanpa dextrosa
b) Albumin, plasma, dextran
c) Pertahankan kateter terpasang
d) Pantau pemeriksaan lab :
a) Pemberian NS dengan atau tanpa dextrosa
b) Albumin, plasma, dextran
c) Pertahankan kateter terpasang
d) Pantau pemeriksaan lab :
·
Hematokrit
·
BUN/Kreatinin
·
Osmolalitas
darah
·
Natrium
·
Kalium
e) Berikan Kalium sesuai indikasi
f) Berikan bikarbonat jika pH <7,0
g) Pasang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar