KONSEP DASAR KELUARGA
1. Definisi
keluarga
a. Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983)
Keluarga merupakan satu atau sekelompok manusia yang hidup bersama sebagai
satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya tidak selalu ada
hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lain. Mereka hidup bersama dalam
satu rumah, dibawah asuhan seorang kepala keluarga dan makan dari satu periuk.
b.
Dep. Kes
RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
c.
Stuart
(ICN,2001)
Lima hal penting yang ada pada definisi keluarga
1.
Keluarga
adalah suatu sistem atau unit.
2.
Komitmen dan
keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi kewajiban dimasa yang akan
datang.
3.
Fungsi
keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan, pemberian nutrisi dan
sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.
4.
Anggota-anggota
keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama atau mungkin juga tidak
ada hubungan dan tinggal terpisah.
5.
Keluarga
mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.
2. Tipe/bentuk
Keluarga
a. Keluarga initi (Nuclear Family), adalah keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga besar ( Extended family), adalah keluarga
inti yang ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,
saudara, dsb.
c. Keluarga berantai (serial Family), adalah keluarga
yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan suatu keluarga initi.
d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah
keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga
yang perkawinannya lebih dari satu (poligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang
menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Struktur
Keluarga
1.
Elemen-elemen
keluarga menurut Freudman
a.
struktur
peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik didalam
keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat.
b.
Nilai atau
norma keluarga, menggambarkan nilai atau norma yang dipelajari dan diyakini
dalam keluarga.
c.
Pola
komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi diantara
orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga besar.
d.
Struktur
kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan keluarga untuk mengendalikan atau
mempengaruhi orang lain dalam perubahan prilaku kearah positif.
2.
Ciri-ciri struktur keluarga
a.
Terorganisasi,
keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota keluarga
memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat
tercapai. Organisasi yang baik ditandai adanya hubungan yang kuat antara
anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
b.
Keterbatasan,
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung
jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa
semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab
masing-masing anggota keluarga.
c.
Perbedaan dan
kekhususan, Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing
anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti
halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat
anak-anak.
3.
Dominasi
Struktur keluarga
a. Dominasi
Jalur Hubungan Darah
1.
Patrilineal,
keluarga yang dubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku- suku di
Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2.
Matrilineal,
keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Salah satu
contoh suku Padang.
b. Dominasi
keberadaan tempat tinggal
1.
Patrilokal,
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak suami.
2.
Matrilokal,
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak istri.
c. Dominasi
pengambilan Keputusan
1.
Patriakal,
Pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2.
Matriakal,
pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
4. Fungsi
Keluarga
a.
Fungsi Afektif, Adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar
kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung
dan saling menghargai antar anggota keluarga.
b.
Fungsi
Sosialisasi, Adalah fungsi yang
mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisai dimulai sejak lahir
dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
c.
Fungsi
Reproduksi, Adalah fungsi
keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
d.
Fungsi
Ekonomi,adalah fungsi keluarga
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang, pangan
dan papan.
e.
Fungsi
perawatan kesehatan, adalah
fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
5. Interaksi
Keluarga Dalam Rentang Sehat sakit
a.
Upaya
keluarga dalam peningkatan (promosi) Kesehatan.
Kegiatan peningkatan kesehatan atau lebih dikenal dengan promosi kesehatan
bisa dimulai dalam keluarga, seperti halnya seorang ayah yang memberikan contoh
dengan tidak merokok, minum-minuman keras, gaya hidup tersebut akan diikuti
oleh anak-anaknya, tetapi jika kondisi sebaliknya maka yang akan terjadi adalah
meningkatnya angka kesakitan saluran pernafasan pada keluarga tersebut karena
kebiasaan merokok.
b.
Penaksiran
Keluarga Terhadap Gejala-Gejala Sakit.
Tahapan ini dimulai saat anggota keluarga mengeluhkan gejala-gejala
penurunan kesehatan yang alami, mencari tahu penyebabnya, dan ada tidaknya pengaruh bagi anggota
keluarga lainya. Di Indonesia Ibu dan nenek memiliki peranan penting dalam
menaksir tingkat keparahan penyakit. Atau masyarakat yang tingkat ekonomi lemah
akan merespon lambat mengingat kemampuannya.
c.
pencarian
Perawatan .
Tahapan ini dimulai pada saat anggota keluarga merasakan sakit dan anggota
keluarga lainnya mengetahui, maka dimulailah upaya mencari tahu kemana akan
dirawat, orang terdekat/ dikenal dilingkungan kesehatan, dll.
d.
Perolehan
perawatan dan rujukan kepelayanan kesehatan.
Tahapan ini dimulai saat kontak pertama anggota keluarga dengan pelayanan
kesehatan atau pengobatan alternatif, penentuan jenis pelayanan yang didatangi
dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga, pengalaman masa lalu dan seringkali ibu
memberikan konstribusi yang banyak terhadap pengambilan keputusan tersebut.
e.
Respon
akut terhadap penyakit oleh klien dan keluarga.
Tahapan ini ditandai dengan terjadinya perubahan peran pada anggota
keluarga yang sakit, misalnya ibu yang sedang sakit akan digantikan oleh ayah
terutama jika anak-anak masih kecil.
f.
Adaptasi
terhadap penyakit dan penyembuhan.
Tahap adaptasi adalah tahapan dimana keluarga memerlukan bantuan dari
tenaga kesehatan dalam menentukan koping keluarga terhadap sakitnya.
Kriteria Kesejahteraan keluarga
Indonesia
Mengacu pada tujuan dasar
keluarga yang ingin mencapai kesejahteraan setiap anggota keluarga yang ada
didalamnya, maka pendekatan pencapaian keluarga yang sehat dan sejahtera di
Indonesia adalah mewujudkan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, untuk
lebih menetapkan cita-cita luhur bangsa tersebut, maka pemerintah menetapkan
tercapainya keluarga sejahtera dalam bentuk perundang-undangan antara lain :
1.
keputusan
presiden RI. No 8 Tahun 1970 dibentuk BKKBN untuk mencapai NKKBS.
2.
Undang-undang
No. 10 Tahun 1992 menetapkan gerakan KB menjadi gerakan pembangunan keluarga
sejahtera.
3.
Pasal 4
Undang-undang No 12 Tahun 1992, tujuan pembangunan keluarga sejahtera adalah
untuk mengembangkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin.
Tahapan-tahapan Keluarga Sejahtera :
1.
Keluarga
Prasejahtera
Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar
secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan dan
kesehatan. Keluarga prasejahtera belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator keluarga sejahtera tahapan.
2.
Keluarga
Sejahtera Tahap I
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis,
seperti pendidikan, keluarga berencana, interasi dalam keluarga, interaksi
dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3.
Keluarga
sejahtera Tahap II
Keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan
dsarnya, juga telah memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum
dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.
4.
Keluarga
Sejahtera Tahapan III
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan, namun belum
dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara
teratut memberikan sumbangan dalam bentuk materi dan keuangan untuk kepentingan
sosial kemasyarakatan serta peran serta secara aktif dengan mejadi pengurus
lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga dan
pendidikan.
5.
Keluarga
Sejahtera Tahap IV
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah
dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Indikator Keluarga Sejahtera :
1. Keluarga Sejahtera Tahap I
a.
Melaksanakan
ibadah menurut agama yang dianut masingmasing.
b.
Makan dua
kali sehari atau lebih.
c.
Pakaian yang
berbeda untuk berbagai keperluan.
d.
Rumah
sebagian lantai bukan tanah.
e.
Kesehatan
(Bila anak sakit atau PUS ingin ber KB akan dibawa kesarana/ petugas
kesehatan).
2.
Keluarga
Sejahtera Tahap II
Bila keluarga telah mampu melaksanakan indikator pada keluarga sejahtera
tahap I dan sudah mampu melaksanakan indikator sebagai berikut :
- Anggota keluarga melakukan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut masing-masing.
- Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk minmal satu kali seminggu.
- Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir.
- Luas lantai tiap penghuni rumah 8 meter.
- Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir. Sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing.
- Minimal satu anggota keluarga 15 tahun keatas mempunyai penghasilan yang tetap.
- Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga yang berumur 10 – 60 tahun.
- Anak usia sekolah (7-10 tahun) bersekolah.
- Anak hidup dua atau lebih, keluarga yang masih dalam masa pasangan usia subur saat ini memakai alat kontrasepsi.
3.
Keluarga
Sejahtera Tahap III
Bila keluarga sudah mampu melaksanakan indikator pada keluarga sejahtera
tahap I, II serta sudah mampu melaksanakan sebagai berikut :
- Upaya keluarga untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan agama.
- Keluarga mempunyai tabungan
- Makan bersama minimal satu kali sehari.
- Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
- Rekreasi bersama minimal 6 bulan sekali.
- Memperoleh berita dari surat kabar, TV, dll.
- Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
4.
Keluarga
Sejahtera Tahap IV
Semua indikator diatas ditambah dengan :
- Memberikan sumbangan secara teratur dan sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.
- Aktif sebagai pengurus dalam kegiatan kemasyarakatan atau yayasan sosial.
KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA
KARAKTERISTIK PELAYANAN
KEPERAWATAN KELUARGA
Stuart (2001) memberikan batasan tentang siapa
yang disebut keluarga. Ada lima sifat keluarga yang dijabarkan :
- Keluarga merupakan unit sustu sistem
- keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap perlindungan, makanan dan sosialisasi anggotanya.
- Dalam keluarga ada komitmen saling melengapi antar anggota keluarga.
- Setiap anggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap.
- keluarga bisa memiliki anak atau tidak.
Ada beberapa alasan yang
menjadikan keluarga sebagai pusat perhatian dalam pemberian pelayanan kesehatan
antara lain :
- keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Kasus meningkatnya angka kematian karena DHF membuat pemerintah dengan
genjar menggalakkan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam sksls nasional,
keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat berperan dalm penyampaian pesan
betapa pentingnya PSN agar terhindar dari wabah Demam Berdarah.
- Keluarga Sebagai Satu Unit antar anggota dalam keluarga
Keluarga dipandang sebagai suatu kesatuan dari sejumlah anggota keluarga,
berada dalam satu ikatan yang saling mempengaruhi. Jika perawat tidak memahami
dalam melakukan pengkajian terhadap setiap anggota keluarga maka perawat
tersebut tidak akan dapat data yang dibutuhkan, mengingat data anggota keluarga
yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi.
Contoh : Perpisahan dengan salah satu anggota keluarga yang akan sekolah
diluar kota, akan mengrangi nafsu makan, kesedihan pada yang meninggalkan dan
yang ditinggalkan.
- Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya
Peran keluarga sangat penting dalam tahapan-tahapan perawatan kesehatan,
mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan sampai
rehabilitasi. Contoh :Keluarga yang peduli kesehatan akan menimbang dan membri
imunisasi lengkap pada balitanya.
- Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini.
Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan memungkinkan
munculnya faktor resiko pada anggota keluarga lainya.
Contoh : Pada keluarga ditemukan Anak sulungnya menderita TB, maka
kemungkinan kedua adiknya menderita TB juga.
- Individu dipandang dalam konteks keluarga
Seorang dapat mencapai pemahaman yang lebih jelas terhadap individu dan
fungsinya apabila individu-individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga
mereka.
- Keluarga sebagai sumber pendukung bagi anggota keluarga lainnya.
Contoh : Anak usia sekolah yang mendapat bimbingan belajar dari orang
tuanya akan jauh lebih berhasil dibandingkan jika tidak mendapatkan bimbingan
saat belajar dari kedua orang tuanya.
TINGKATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA
1. Keluarga
sebagai konteks
Pada asuhan keperawatan tingkatan pertama ini yang menjadi fokus pelayanan
kesehatan adalah individu, sedangkan keluarga merupakan latar belakang atau
fokus sekunder. Keluarga dipandang sebagai area yang penting dari klien dan
oleh karena itu keluarga merupakan dukungan terbesar bagi klien. Atau kata lain
asuhan yang berfokus pada keluarga.
Contoh : Gangguan pola nafas pada An. E (2 Th) di keluarga Tn. N (29 th)
dengan Asma.
2.
Keluarga dipandang sebagai kumpulan atau atau
jumlah anggota keluarga secara individu
Asuhan keperawatan diberikan bukan hanya pada satu individu tetapi bisa
lebih dalam satu keluarga. Dalam tingkatan ini garis depannya adalah
masing-masing klien yang dilihat sebagai unit terpisah dengan unit yang
berinteraksi.
Contoh : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
pada An. C (14 th) dan An. H (7 Th) dikeluarga Tn. O (45 th) dengan Diare.
3.Subsistem
keluarga sebagai klien
Sub sistem keluarga adalah pusat perhatian atau fokus sebagai penerima
pengkajian serta intervensi. Keluarga initi, keluarga besar, dan sub sistem
keluarga lainya adalah unit analisis dan asuhan.
Contoh : Masalah pada keluarga yang diawali dengan komunikasi yang tidak
efektif antar anggota keluarga.
Contoh : Kesalahpahaman yang terjadi pada pasangan baru menikah terhadap
peran dan fungsinya masing-masing.
4. Keluarga
sebaga klien
Keluarga dipandang sebagai klien atau fokus
keperawatan, keluarga menjadi bagian depan sedangkan anggota keluarga yang lain
menjadi latar belakang.
Contoh : Masalah yang timbul pada sebuah keluarga dikarenakan koping
Keluarga tidak efektif saat menunggu
kehadiran anggota keluarga yang baru.
PERAN PERAWAT KELUARGA
Sebagai kekhususan
perawat keluarga memiliki peran yang cukup banyak dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga diantaranya:
- Peran perawat sebagai pendidik/educator
Perawat memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga dalam rentang sehat
sakit.
Contoh:
a.
Pendidikan
kesehatan tentang pentingnya imunisasi pada balita.
b.
Mengajarkan
pencegahan ISPA pada ibu dengan anak-anak beresiko terserang ISPA
c. Mengajarkan cara membersihkan kotoran pada hidung
anak saat anak terserang batuk pilek
- Peran perawat sebagai penghubung/kodinator/kolaborator
Dalam menjalankan peran ini, perawat mengkoordinasikan keluarga dengan
pelayanan kesehatan.
Contoh :
a. Perawat membantu dan membimbing keluarga yang diketahui terserang
TB
mendapatkan pengobatan TB paru di puskesmas.
b. Perawat bersama keluarga menentukan siapa individu yang akan dijadikan
sebagai orang yang selalu
mengingatkan anggota keluarga dengan TB untuk
minum obat.
- Peran perawat sebagai pelindung/advocate
Perawat memberikan perlindungan atas kesamaan keluarga dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan.
Contoh :
Perawat membantu keluarga dalam pengurusan surat
keterangan tidak mampu dalam rangka
mendapatkan dana kesehatan melalui program pemerintah melalui jaring pengaman
kesehatan/askeskin pada keluarga miskin.
- Peran perawat sebagai pemberi pelayanan langsung
Perawat memberikan pelayanan kesehatan langsung
pada keluarga.
Contoh :
Mengajarkan pada keluarga pembuatan obat pereda
batuk pilek dengan perasan jeruk nipis yang dicampur madu.
- Peran perawat sebagai konselor
Perawat memberikan beberapa alternatif pemecahan
masalah berkaitan dengan masalah yang dihadapi keluarga tanpa harus ikut dalam
pengambilan keputusan keluarga tersebut.
Contoh :
a. Perawat keluarga memberikan beberapa alternatif
alat kontrasepsi yang akan dipilh pasangan muda, dengan keputusan tetap ada paa
pasangan muda tersebut.
b. Perawat keluarga memberikan informasi jenis
pelayanan kesehatan yang bisa dikunjungi keluarga.
- Peran perawat sebagai modifikator lingkungan
Contoh :
Perawat memberikan gambaran yang jelas bagaimana
lingkungan yang aman pada keluarga dengan lansia yang sudah menurun
penglihatannya, seperti halnya lantai yang dibuat tidak licin, penataan
peralatan rumah tangga yang rapi, diberikan pegangan ke ruangan lansia ataupun
ke kamar mandi.
Contoh :
Perawat memberikan penjelasan berkaitan dengan
bagaimana mencegah anak terkena ISPA dengan tidak memberikan jajanan
sembarangan, orangtua khususnya ibu membuat makanan tambahan yang menarik
dengan gizi seimbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar