Jumat, 16 November 2012

KONSEP DASAR KELUARGA

 KONSEP DASAR KELUARGA

1.      Definisi keluarga
a.       Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983)
Keluarga merupakan satu atau sekelompok manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lain. Mereka hidup bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang kepala keluarga dan makan dari satu periuk.

b.      Dep. Kes RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

c.       Stuart (ICN,2001)
Lima hal penting yang ada pada definisi keluarga
1.      Keluarga adalah suatu sistem atau unit.
2.      Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi kewajiban dimasa yang akan datang.
3.      Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan, pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.
4.      Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.
5.      Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

2.      Tipe/bentuk Keluarga
a.       Keluarga initi (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b.      Keluarga besar ( Extended family), adalah keluarga inti yang ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara, dsb.
c.       Keluarga berantai (serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga initi.
d.      Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e.       Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya lebih dari satu (poligami dan hidup secara bersama.
f.       Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.







3.      Struktur Keluarga
1.      Elemen-elemen keluarga menurut Freudman
a.       struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat.
b.      Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai atau norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga.
c.       Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi diantara orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga besar.
d.      Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan prilaku kearah positif.

2.      Ciri-ciri  struktur keluarga
a.       Terorganisasi, keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
b.      Keterbatasan, Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c.       Perbedaan dan kekhususan, Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.

3.      Dominasi Struktur keluarga
a.      Dominasi Jalur Hubungan Darah
1.      Patrilineal, keluarga yang dubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku- suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2.      Matrilineal, keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Salah satu contoh suku Padang.

b.      Dominasi keberadaan tempat tinggal
1.      Patrilokal, Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
2.      Matrilokal, Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak istri.

c.       Dominasi pengambilan Keputusan
1.      Patriakal, Pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2.      Matriakal, pengambilan keputusan ada pada pihak istri.




4.      Fungsi Keluarga
a.       Fungsi Afektif, Adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.
b.      Fungsi Sosialisasi, Adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisai dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
c.       Fungsi Reproduksi, Adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d.      Fungsi Ekonomi,adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang, pangan dan papan.
e.       Fungsi perawatan kesehatan, adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

5.      Interaksi Keluarga Dalam Rentang Sehat sakit
a.       Upaya keluarga dalam peningkatan (promosi) Kesehatan.
Kegiatan peningkatan kesehatan atau lebih dikenal dengan promosi kesehatan bisa dimulai dalam keluarga, seperti halnya seorang ayah yang memberikan contoh dengan tidak merokok, minum-minuman keras, gaya hidup tersebut akan diikuti oleh anak-anaknya, tetapi jika kondisi sebaliknya maka yang akan terjadi adalah meningkatnya angka kesakitan saluran pernafasan pada keluarga tersebut karena kebiasaan merokok.
b.      Penaksiran Keluarga Terhadap Gejala-Gejala Sakit.
Tahapan ini dimulai saat anggota keluarga mengeluhkan gejala-gejala penurunan kesehatan yang alami, mencari tahu penyebabnya,  dan ada tidaknya pengaruh bagi anggota keluarga lainya. Di Indonesia Ibu dan nenek memiliki peranan penting dalam menaksir tingkat keparahan penyakit. Atau masyarakat yang tingkat ekonomi lemah akan merespon lambat mengingat kemampuannya.
c.       pencarian Perawatan .
Tahapan ini dimulai pada saat anggota keluarga merasakan sakit dan anggota keluarga lainnya mengetahui, maka dimulailah upaya mencari tahu kemana akan dirawat, orang terdekat/ dikenal dilingkungan kesehatan, dll.
d.      Perolehan perawatan dan rujukan kepelayanan kesehatan.
Tahapan ini dimulai saat kontak pertama anggota keluarga dengan pelayanan kesehatan atau pengobatan alternatif, penentuan jenis pelayanan yang didatangi dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga, pengalaman masa lalu dan seringkali ibu memberikan konstribusi yang banyak terhadap pengambilan keputusan tersebut.
e.       Respon akut terhadap penyakit oleh klien dan keluarga.
Tahapan ini ditandai dengan terjadinya perubahan peran pada anggota keluarga yang sakit, misalnya ibu yang sedang sakit akan digantikan oleh ayah terutama jika anak-anak masih kecil.
f.       Adaptasi terhadap penyakit dan penyembuhan.
Tahap adaptasi adalah tahapan dimana keluarga memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan dalam menentukan koping keluarga terhadap sakitnya.



Kriteria Kesejahteraan keluarga Indonesia
Mengacu pada tujuan dasar keluarga yang ingin mencapai kesejahteraan setiap anggota keluarga yang ada didalamnya, maka pendekatan pencapaian keluarga yang sehat dan sejahtera di Indonesia adalah mewujudkan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, untuk lebih menetapkan cita-cita luhur bangsa tersebut, maka pemerintah menetapkan tercapainya keluarga sejahtera dalam bentuk perundang-undangan antara lain :
1.      keputusan presiden RI. No 8 Tahun 1970 dibentuk BKKBN untuk mencapai NKKBS.
2.      Undang-undang No. 10 Tahun 1992 menetapkan gerakan KB menjadi gerakan pembangunan keluarga sejahtera.
3.      Pasal 4 Undang-undang No 12 Tahun 1992, tujuan pembangunan keluarga sejahtera adalah untuk mengembangkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Tahapan-tahapan Keluarga Sejahtera :
1.      Keluarga Prasejahtera
      Keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan dan kesehatan. Keluarga prasejahtera belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahapan.
2.      Keluarga Sejahtera Tahap I
      Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis, seperti pendidikan, keluarga berencana, interasi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3.      Keluarga sejahtera Tahap II
      Keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan dsarnya, juga telah memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4.      Keluarga Sejahtera Tahapan III
      Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratut memberikan sumbangan dalam bentuk materi dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta peran serta secara aktif dengan mejadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga dan pendidikan.
5.      Keluarga Sejahtera Tahap IV
      Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Indikator Keluarga Sejahtera :
1.      Keluarga Sejahtera Tahap I
a.       Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masingmasing.
b.      Makan dua kali sehari atau lebih.
c.       Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
d.      Rumah sebagian lantai bukan tanah.
e.       Kesehatan (Bila anak sakit atau PUS ingin ber KB akan dibawa kesarana/ petugas kesehatan).
2.      Keluarga Sejahtera Tahap II
Bila keluarga telah mampu melaksanakan indikator pada keluarga sejahtera tahap I dan sudah mampu melaksanakan indikator sebagai berikut :
  1. Anggota keluarga melakukan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut masing-masing.
  2. Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk minmal satu kali seminggu.
  3. Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir.
  4. Luas lantai tiap penghuni rumah 8 meter.
  5. Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir. Sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing.
  6. Minimal satu anggota keluarga 15 tahun keatas mempunyai penghasilan yang tetap.
  7. Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga yang berumur 10 – 60 tahun.
  8. Anak usia sekolah (7-10 tahun) bersekolah.
  9. Anak hidup dua atau lebih, keluarga yang masih dalam masa pasangan usia subur saat ini memakai alat kontrasepsi.

3.      Keluarga Sejahtera Tahap III
Bila keluarga sudah mampu melaksanakan indikator pada keluarga sejahtera tahap I, II serta sudah mampu melaksanakan sebagai berikut :
  1. Upaya keluarga untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan agama.
  2. Keluarga mempunyai tabungan
  3. Makan bersama minimal satu kali sehari.
  4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
  5. Rekreasi bersama minimal 6 bulan sekali.
  6. Memperoleh berita dari surat kabar, TV, dll.
  7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.

4.      Keluarga Sejahtera Tahap IV
Semua indikator diatas ditambah dengan :
  1. Memberikan sumbangan secara teratur dan sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.
  2. Aktif sebagai pengurus dalam kegiatan kemasyarakatan atau yayasan sosial.














KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA


KARAKTERISTIK PELAYANAN KEPERAWATAN KELUARGA
Stuart (2001)  memberikan batasan tentang siapa yang disebut keluarga. Ada lima sifat keluarga yang dijabarkan :
    1. Keluarga merupakan unit sustu sistem
    2. keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap perlindungan, makanan dan sosialisasi anggotanya.
    3. Dalam keluarga ada komitmen saling melengapi antar anggota keluarga.
    4. Setiap anggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap.
    5. keluarga bisa memiliki anak atau tidak.

Ada beberapa alasan yang menjadikan keluarga sebagai pusat perhatian dalam pemberian pelayanan kesehatan antara lain :
  1. keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Kasus meningkatnya angka kematian karena DHF membuat pemerintah dengan genjar menggalakkan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam sksls nasional, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat berperan dalm penyampaian pesan betapa pentingnya PSN agar terhindar dari wabah Demam Berdarah.
  1. Keluarga Sebagai Satu Unit antar anggota dalam keluarga
Keluarga dipandang sebagai suatu kesatuan dari sejumlah anggota keluarga, berada dalam satu ikatan yang saling mempengaruhi. Jika perawat tidak memahami dalam melakukan pengkajian terhadap setiap anggota keluarga maka perawat tersebut tidak akan dapat data yang dibutuhkan, mengingat data anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi.
Contoh : Perpisahan dengan salah satu anggota keluarga yang akan sekolah diluar kota, akan mengrangi nafsu makan, kesedihan pada yang meninggalkan dan yang ditinggalkan.
  1. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya
Peran keluarga sangat penting dalam tahapan-tahapan perawatan kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan sampai rehabilitasi. Contoh :Keluarga yang peduli kesehatan akan menimbang dan membri imunisasi lengkap pada balitanya.
  1. Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini.
Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan memungkinkan munculnya faktor resiko pada anggota keluarga lainya.
Contoh : Pada keluarga ditemukan Anak sulungnya menderita TB, maka kemungkinan kedua adiknya menderita TB juga.
  1. Individu dipandang dalam konteks keluarga
Seorang dapat mencapai pemahaman yang lebih jelas terhadap individu dan fungsinya apabila individu-individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga mereka.


  1. Keluarga sebagai sumber pendukung bagi anggota keluarga lainnya.
Contoh : Anak usia sekolah yang mendapat bimbingan belajar dari orang tuanya akan jauh lebih berhasil dibandingkan jika tidak mendapatkan bimbingan saat belajar dari kedua orang tuanya.

TINGKATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA
1.      Keluarga sebagai konteks
Pada asuhan keperawatan tingkatan pertama ini yang menjadi fokus pelayanan kesehatan adalah individu, sedangkan keluarga merupakan latar belakang atau fokus sekunder. Keluarga dipandang sebagai area yang penting dari klien dan oleh karena itu keluarga merupakan dukungan terbesar bagi klien. Atau kata lain asuhan yang berfokus pada keluarga.
Contoh : Gangguan pola nafas pada An. E (2 Th) di keluarga Tn. N (29 th) dengan Asma.

2.      Keluarga dipandang sebagai kumpulan atau atau jumlah anggota keluarga secara individu
Asuhan keperawatan diberikan bukan hanya pada satu individu tetapi bisa lebih dalam satu keluarga. Dalam tingkatan ini garis depannya adalah masing-masing klien yang dilihat sebagai unit terpisah dengan unit yang berinteraksi.
Contoh : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada An. C (14 th) dan An. H (7 Th) dikeluarga Tn. O (45 th) dengan Diare.

3.Subsistem keluarga sebagai klien
Sub sistem keluarga adalah pusat perhatian atau fokus sebagai penerima pengkajian serta intervensi. Keluarga initi, keluarga besar, dan sub sistem keluarga lainya adalah unit analisis dan asuhan.
Contoh : Masalah pada keluarga yang diawali dengan komunikasi yang tidak efektif antar anggota keluarga.
Contoh : Kesalahpahaman yang terjadi pada pasangan baru menikah terhadap peran dan fungsinya masing-masing.

4.      Keluarga sebaga klien
Keluarga dipandang sebagai klien atau fokus keperawatan, keluarga menjadi bagian depan sedangkan anggota keluarga yang lain menjadi latar belakang.
Contoh : Masalah yang timbul pada sebuah keluarga dikarenakan koping   
Keluarga tidak efektif  saat menunggu kehadiran anggota keluarga yang baru.











PERAN PERAWAT KELUARGA
Sebagai kekhususan perawat keluarga memiliki peran yang cukup banyak dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga diantaranya:
  1. Peran perawat sebagai pendidik/educator
Perawat memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga dalam rentang sehat sakit.
Contoh:
a.       Pendidikan kesehatan tentang pentingnya imunisasi pada balita.
b.      Mengajarkan pencegahan ISPA pada ibu dengan anak-anak beresiko terserang ISPA
c.       Mengajarkan cara membersihkan kotoran pada hidung anak saat anak terserang batuk pilek

  1. Peran perawat sebagai penghubung/kodinator/kolaborator
Dalam menjalankan peran ini, perawat mengkoordinasikan keluarga dengan pelayanan kesehatan.
Contoh :
a. Perawat membantu dan membimbing keluarga yang diketahui terserang TB  
    mendapatkan pengobatan TB paru di puskesmas.
b. Perawat bersama keluarga menentukan siapa individu yang akan dijadikan
    sebagai orang yang selalu mengingatkan anggota keluarga dengan TB untuk
    minum obat.
  
  1. Peran perawat sebagai pelindung/advocate
Perawat memberikan perlindungan atas kesamaan keluarga dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
Contoh :
Perawat membantu keluarga dalam pengurusan surat keterangan tidak mampu      dalam rangka mendapatkan dana kesehatan melalui program pemerintah melalui jaring pengaman kesehatan/askeskin pada keluarga miskin.

  1. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan langsung
Perawat memberikan pelayanan kesehatan langsung pada keluarga.
Contoh :
Mengajarkan pada keluarga pembuatan obat pereda batuk pilek dengan perasan jeruk nipis yang dicampur madu.
     
  1. Peran perawat sebagai konselor
Perawat memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah berkaitan dengan masalah yang dihadapi keluarga tanpa harus ikut dalam pengambilan keputusan keluarga tersebut.
Contoh :
a.       Perawat keluarga memberikan beberapa alternatif alat kontrasepsi yang akan dipilh pasangan muda, dengan keputusan tetap ada paa pasangan muda tersebut.
b.      Perawat keluarga memberikan informasi jenis pelayanan kesehatan yang bisa dikunjungi keluarga.



  1. Peran perawat sebagai modifikator lingkungan
Contoh :
Perawat memberikan gambaran yang jelas bagaimana lingkungan yang aman pada keluarga dengan lansia yang sudah menurun penglihatannya, seperti halnya lantai yang dibuat tidak licin, penataan peralatan rumah tangga yang rapi, diberikan pegangan ke ruangan lansia ataupun ke kamar mandi.
Contoh :
Perawat memberikan penjelasan berkaitan dengan bagaimana mencegah anak terkena ISPA dengan tidak memberikan jajanan sembarangan, orangtua khususnya ibu membuat makanan tambahan yang menarik dengan gizi seimbang.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar