Selasa, 20 November 2012

Disfungsi Seksual


Disfungsi Seksualitas

1. Definisi Disfungsi Seksual
Istilah disfungsi seksual menunjukkan adanya gangguan pada salah satu atau lebih aspek fungsi seksual (Pangkahila, 2006). Bila didefinisikan secara luas, disfungsi seksual adalah ketidakmampuan untuk menikmati secara penuh hubungan seks. Secara khusus, disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi pada salah satu atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal (Elvira, 2006). Sehingga disfungsi seksual dapat terjadi apabila ada gangguan dari salah satu saja siklus respon seksual.
Siklus respon seksual (Kolodny, Master, Johnson, 1979),terdapat beberapa fase,yaitu :
1) Fase Perangsangan (Excitement Phase)
Perangsangan terjadi sebagai hasil dari pacuan yang dapat berbentuk fisik atau psikis. Kadang fase perangsangan ini berlangsung singkat, segera masuk ke fase plateau. pada saat yang lain terjadi lambat dan berlangsung bertahap memerlukan waktu yang lebih lama.Pemacu dapat berasal dari rangsangan erotik maupun non erotik, seperti  pandangan, suara, bau, lamunan, pikiran, dan mimpi.
2) Fase Plateau
Pada fase ini, bangkitan seksual mencapai derajat tertinggi yaitu sebelum mencapai ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya orgasme.
3) Fase Orgasme
Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik dan psikologik dalam aktivitas seks sebagai akibat pelepasan memuncaknya ketegangan seksual (sexual tension) setelah terjadi fase rangsangan yang memuncak pada fase plateau.
4) Fase Resolusi
Pada fase ini perubahan anatomik dan faal alat kelamin dan luar alat kelamin yang telah terjadi akan kembali ke keadaan asal.
Sehingga adanya hambatan atau gangguan pada salah satu siklus respon seksual diatas dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual.
2. Etiologi Disfungsi Seksual
Pada dasarnya disfungsi seksual dapat terjadi baik pada pria ataupun wanita, etiologi disfungsi seksual dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Faktor fisik
Gangguan organik atau fisik dapat terjadi pada organ, bagian-bagian badan tertentu atau fisik secara umum. Bagian tubuh yang sedang terganggu dapat menyebabkan disfungsi seksual dalam berbagai tingkat (Tobing, 2006).
Faktor fisik yang sering mengganggu seks pada usia tua sebagian karena penyakit-penyakit kronis yang tidak jelas terasa atau tidak diketahui gejalanya dari luar. Makin tua usia makin banyak orang yang gagal melakukan koitus atau senggama (Tobing, 2006). Kadang-kadang penderita merasakannya sebagai gangguan ringan yang tidak perlu diperiksakan dan sering tidak disadari (Raymond Rosen., et al, 1998).
Dalam Product Monograph Levitra (2003) menyebutkan berbagai faktor resiko untuk menderita disfungsi seksual sebagai berikut:
1.      Gangguan vaskuler pembuluh darah, misalnya gangguan arteri koronaria.
2.      Penyakit sistemik, antara lain diabetes melitus, hipertensi (HTN), hiperlipidemia (kelebihan lemak darah).
3.      Gangguan neurologis seperti pada penyakit stroke, multiple sklerosis.
4.      Faktor neurogen yakni kerusakan sumsum belakang dan kerusakan saraf.
5.      Gangguan hormonal, menurunnya testosteron dalam darah (hipogonadisme) dan hiperprolaktinemia.
6.      Gangguan anatomi penis seperti penyakit peyronie (penis bengkok).
7.      Faktor lain seperti prostatektomi, merokok, alkohol, dan obesitas.
Beberapa obat-obatan anti depresan dan psikotropika menurut penelitian juaga dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain: barbiturat, benzodiazepin, selective serotonin seuptake inhibitors (SSRI), lithium, tricyclic antidepressant (Tobing, 2006).
b) Faktor psikis
Faktor psikoseksual ialah semua faktor kejiwaan yang terganggu dalam diri penderita. Gangguan ini mencakup gangguan jiwa misalnya depresi, anxietas (kecemasan) yang menyebabkan disfungsi seksual. Pada orang yang masih muda, sebagian besar disfungsi seksual disebabkan faktor psikoseksual. Kondisi fisik terutama organ-organnya masih kuat dan normal sehingga jarang sekali menyebabkan terjadinya disfungsi seksual (Tobing, 2006).
Tetapi apapun etiologinya, penderita akan mengalami problema psikis, yang selanjutnya akan memperburuk fungsi seksualnya. Disfungsi seksual pria yang dapat menimbulkan disfungsi seksual pada wanita juga ( Abdelmassih, 1992, Basson, R, et al., 2000).
Masalah psikis meliputi perasaan bersalah, trauma hubungan seksual, kurangnya pengetahuan tentang seks, dan keluarga tidak harmonis (Susilo, 1994, Pangkahila, 2001, 2006, Richard, 1992).

3. Macam-Macam Disfungsi Seksual
a) Gangguan Dorongan Seksual (GDS)
Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hormon testosteron, kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman seksual sebelumnya. Jika di antara faktor tersebut ada yang menghambat atau faktor tersebut terganggu, maka akan terjadi GDS (Pangkahila, 2007), berupa:
a.       Dorongan seksual hipoaktif
The Diagnostic and Statistical Manual-IV memberi definisi dorongan seksual hipoaktif ialah berkurangnya atau hilangnya fantasi seksual dan dorongan secara persisten atau berulang yang menyebabkan gangguan yang nyata atau kesulitan interpersonal.
b.      Gangguan eversi seksual
Timbul perasaaan takut pada semua bentuk aktivitas seksual sehingga menimbulkan gangguan.
Penyebab dan manifestasi:
Diduga lebih dari 15 persen pria dewasa mengalami dorongan seksual hipoaktif. Pada usia 40-60 tahun, dorongan seksual hipoaktif merupakan keluhan terbanyak. Pada dasarnya GDS disebabkan oleh faktor fisik dan psikis, antara lain adalah kejemuan, perasaan bersalah, stres yang berkepanjangan, dan pengalaman seksual yang tidak menyenangkan (Pangkahila, 2006).
b) Gangguan ereksi/Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi (DE) berarti ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan hubungan seksual dengan baik (Pangkahila, 2007).
Disfungsi ereksi disebut primer bila sejak semula ereksi yang cukup unutuk melakukan hubungan seksual tidak pernah tercapai. Sedang disfungsi ereksi sekunder berarti sebelumnya pernah berhasil melakukan hubungan seksual, tetapi kemudian gagal karena sesuatu sebab yang mengganggu ereksinya (Pangkahila, 2006).
Penyebab dan manifestasi:
Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor fisik dan faktor psikis. Penyebab fisik dapat dikelompokkan menjadi faktor hormonal, faktor vaskulogenik, faktor neurogenik, dan faktor iatrogenik (Pangkahila, 2007).
Faktor psikis meliputi semua faktor yang menghambat reaksi seksual terhadap rangsangan seksual yang diterima. Walaupun penyebab dasarnya adalah faktor fisik, faktor psikis hampir selalu muncul dan menyertainya (Pangkahila, 2007).
c) Gangguan ejakulasi (Pangkahila, 2007)
Gangguan ejekulasi dibagi menjadi 2,yaitu ejekulasi dini dan ejekulasi lambat
1.   Ejekulasi Dini
Ejekulasi Dini merupakan ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sampai pasangannnya mencapai orgasme, paling sedikit 50 persen dari kesempatan melakukan hubungan seksual. Berdasarkan waktu, ada yang mengatakan penis yang mengalami ED bila ejakulasi terjadi dalam waktu kurang dari 1-10 menit.
Untuk menentukan seorang pria mengalami ED harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : ejakulasi terjadi dalam waktu cepat, tidak dapat dikontrol, tidak dikehendaki oleh yang bersangkutan, serta mengganggu yang bersangkutan dan atau pasangannya (Pangkahila, 2007).
Penyebab dan manifestasi:
ED merupakan disfungsi seksual terbanyak yang dijumpai di klinik, melampaui DE. Survei epidemiologi di AS menunjukkan sekitar 30 persen pria mengalami ED.
Ada beberapa teori penyebab ED, yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu penyebab psikis dan penyebab fisik. Penyebab fisik berkaitan dengan serotonin. Pria dengan 5-HT rendah mempunyai ejaculatory threshold yang rendah sehingga cepat mengalami ejakulasi. Penyebab psikis ialah kebiasaan ingin mencapai orgasme dan ejakulasi secara tergesa-gesa sehingga terjadinya ED (Pangkahila, 2006).
2. Ejakulasi terhambat
Berlawanan dengan ED, maka pria yang mengalami ejakulasi terhambat (ET) justru tidak dapat mengalami ejakulasi di dalam vagina. Tetapi pada umumnya pria dengan ET dapat mengalami ejakulasi dengan cara lain, misalnya masturbasi dan oral seks, tetapi sebagian tetap tidak dapat mencapai ejakulasi dengan cara apapun.
Penyebab dan manifestasi:
Dalam 10 tahun terakhir ini hanya 4 pasien datang dengan keluhan ET. Sebagian besar ET disebabkan oleh faktor psikis, misalnya fanatisme agama sejak masa kecil yang menganggap kelamin wanita adalah sesuatu yang kotor, takut terjadi kehamilan, dan trauma psikoseksual yang pernah dialami.
d) Disfungsi orgasme (Pangkahila, 2007)
Disfungsi orgasme adalah terhambatnya atau tidak tercapainya orgasme yang bersifat persisten atau berulang setelah memasuki fase rangsangan (excitement phase) selama melakukan aktivitas seksual.
Penyebab dan manifestasi:
Hambatan orgasme dapat disebabkan oleh penyebab fisik yaitu penyakit SSP seperti multiple sklerosis, parkinson, dan lumbal sympathectomy. Penyebab psikis yaitu kecemasan, perasaan takut menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan. Pria yang mengalami hambatan orgasme tetap dapat ereksi dan ejakulasi, tapi sensasi erotiknya tidak dirasakan.
e) Dispareunia (Pangkahila, 2007)
Dispareunia berarti hubungan seksual yang menimbulkan rasa sakit pada kelamin atau sekitar kelamin.
Penyebab dan manifestasi
Salah satu penyebab dispareunia ini adalah infeksi pada kelamin. Ini berarti terjadi penularan infeksi melalui hubungan seksual yang terasa sakit itu. Pada pria,  dispareunia hampir pasti disebabkan oleh penyakit atau gangguan fisik berupa peradangan atau infeksi pada penis, buah pelir, saluran kencing, atau kelenjar prostat dan kelenjar kelamin lainnya.
4. Terapi dan Pengobatan Disfungsi Seksual
Disfungsi seksual baik yang terjadi pada pria ataupun wanita dapat dapat mengganggu keharmonisan kehidupan seksual dan kualitas hidup, oleh karena itu perlu penatalaksanaan yang baik dan ilmiah.
Prinsip penatalaksanaan dari disfungsi seksual pada pria dan wanita adalah sebagai berikut (Susilo, 1994; Pangkahila, 2001; Richardson, 1991):
1.      Membuat diagnosa dari disfungsi seksual
2.      Mencari etiologi dari disfungsi seksual tersebut
3.      Pengobatan sesuai dengan etiologi disfungsi seksual
4.      Pengobatan untuk memulihkan fungsi seksual, yang terdiri dari pengobatan bedah dan pengobatan non bedah (konseling seksual dan sex theraphy, obat-obatan, alat bantu seks, serta pelatihan jasmani).
Pada kenyataannya tidak mudah untuk mendiagnosa masalah disfungsi seksual. Diantara yang paling sering terjadi adalah pasien tidak dapat mengutarakan masalahnya semua kepada dokter, serta perbedaan persepsi antara pasien dan dokter terhadap apa yang diceritakan pasien. Banyak pasien dengan disfungsi seksual membutuhkan konseling seksual dan terapi, tetapi hanya sedikit yang peduli (Philips, 2000).
Oleh karena masalah disfungsi seksual melibatkan kedua belah pihak yaitu pria dan wanita, dimana masalah disfungsi seksual pada pria dapat menimbulkan disfungsi seksual ataupun stres pada wanita, begitu juga sebaliknya, maka perlu dilakukan dual sex theraphy. Baik itu dilakukan sendiri oleh seorang dokter ataupun dua orang dokter dengan wawancara keluhan terpisah (Barry, Hodges, 1987).
Penyakit Penyimpangan Seksualitas
Ada beberapa penyebab penyimpangan seksualitas,Menurut Waskito (1993:29) penyebab penyimpangan seks pada remaja disebabkan oleh :
1)      Faktor intern:
·         Kelainan fisik sejak lahir
·         Kelainan pengaruh obat
·         Problem emosional
2)      Faktor ekstern:
·         Lingkungan keluarga
·         Lingkungan sosial
·         Lingkungan sekolah

Ada beberapa penyakit kelamin yang disebabkan oleh penyimpangan seksualitas,misalnya seseorang berganti-ganti pasangan, terlibat pelacuran dan homoseksual. Penyakit tersebut antara lain :
1)      Gonorea (kencing nanah)
Salah satu penyakit PMS (Penyakit Menular Seksual) yang menyerang selaput lendir pada beberapa organ seks an organ kemih, anus, rectum, selaput lendir mulut, mata dan beberapa organ lain. Penyebabnya adalah kuman Neisseria gonorrhoeae. Kadang-kadang kuman gonore ini masuk kedalam darah dan menyerang  sendi, khususnya sendi lutut. Penyakit ini dapat terjadi pada saat melakukan hubungan kelamin dengan penderita yang diikuti dengan rasa sakit pada waktu buang air kecil dan disertai keluarnya nanah. Pada anak yang usianya belum mencapai remaja, gonore menyerang selaput lendir vagina biasanya diperoleh dari orang tua mereka.
2)      Sifilis (penyakit raja singa)
Merupakan jenis penyakit yang ditularkan melalui kegiatan senggama yang haram. Tanda pertama sifilis adalah bintik-bintik merah yang muncul pada alat kelamin sepuluh hari sampai tiga bulan setelah ketularan penyakit ini. Penyebabnya adalah kuman Treponema palidium yang menyerang selaput lendir, termasuk anus, kemaluan serta mulut. Jika seorang wanita hamil menderita penyakit ini, maka kuman dapat menembus plasenta dan menyerang janin. Kalau tidak meninggal, kemungkinan besar bayinya akan lahir cacat. Selain melalui senggama, sifilis dapat ditularkan melalui pemakaian handuk basah milik orang berpenyakit sifilis atau kalau kita mengenakan pakaian mereka.
3)      Kanker kelamin
Adanya kanker di dalam rahim atau kelamin yang menyebabkan luka bernanah yang berkepanjangan, peradangan saluran kencing, rasa nyeri pada persendian dan pembengkakan pada kulit.
4)      AIDS (Aquired Immuno Defferency Syndrome)
Penyebab dari AIDS adalah sejenis virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). Seseorang yang terkena virus ini disebut terinveksi HIV. Secara klinis, HIV bisa berkembang secara sporadis apabila masuk kedalam tubuh manusia melalui luka lecet yang kecil sekalipun. Kemudian, HIV menemukan sel-sel tubuh manusia yang cocok, seperti sel darah putih tipe limfosit-T (salah satu bentuk sel darah putih yang melumpuhkan kuman), sel makropagh (sel pemakan kuman), sel otak tertentu atau sel darah putih monosit. Virus yang masuk kedalam sel-sel tersebut akan berkembang biak dan berpotensi menginfeksi sel lain. Menurut penelitian, Pengidap HIV baru menjadi penderita AIDS secara klinis setelah masa inkubasi lima sampai sepuluh tahun. AIDS adalah penyakit yang menyengsarakan, baik fisik, mental maupun sosial. Penyakit ini dapat ditularkan diantaranya melalui hubungan seksual baik melalui vagina atau anus dengan seorang pria atau wanita yang menderita AIDS, melalui jarum suntik yang tercemar darah penderita AIDS, melalui transfusi darah terinfeksi, transplantasi organ tubuh dari seorang penderita AIDS, dari ibu pengidap HIV/AIDS kepada bayinya karena HIV dapat melalui sawar (barier) plasenta dan juga dapat terinfeksi melalui ASI. Secara sederhana untuk mengetahui apakah seseorang menderita penyakit AIDS, maka kita harus mewaspadai gejala-gejala AIDS berikut :
·         Terjadi penurunan ketahanan tubuh yang ditandai dengan seringnya sakit berat atau suatu penyakit yang biasanya ringan tetapi lama pulihnya
·         Menurunnya berat badan setiap bulan secara terus-menerus
·         Terdapat penyakit yang biasanya mudah disembuhkan menjadi sulit disembuhkan, seperti radang paru-paru atau eksema
·         Terdapat bercak-bercak merah coklat yang merata di seluruh tubuh yang sulit menghilang
·         Terjadi pembesaran kalenjar getah bening di seluruh tubuh.
·         Sejak ditemukannya kasus AIDS di Amerika Serikat paad 1981, penyakit ini selalu menarik perhatian dunia kedokteran ataupun masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa AIDS telah menyebabkan angka kematian yang tinggi, jumlah penderita yang meningkat dalam waktu singkat dan belum adanya penanggulangan secara tuntas karena obat yang efektif belum ditemukan.

1 komentar: