Perhatian
·
Kesulitan
yang paling banyak terjadi dalam manajemen trauma pelvic meliputi:
1. Kegagalan mempertimbangakan fraktur pelvic
pada penderita dengan trauma multisistem.
2.
kegagalan untuk memberikan
resusitasi yang adekuat
3.
kegagalan untuk mengenali
trauma lain yang terkait.
·
Terdapat kehilangan darah yang
sangat banyak pada fraktur pelvic terbuka (berkebalikan dengan yang tertutup)
karena efek tamponade peritoneum hilang.
·
Wanita
tua sering menderita fraktur pelvic dengan trauma jatuh yang minimal karena
adanya osteoporosis.
·
Mekanisme trauma:
1.
Simple falls, avulsi dari attachment muscular.
2.
hantaman/pukulan secara
langsung
3.
jatuh dari ketinggian,
kecelakaan sepeda motor, tabrakan mobil berkecepatan tinggi
·
Trauma lain yang terkait :
mortalitas dan morbiditas yang terjadi pada fraktur pelvis kebanyakan terkait
dengan trauma lain yang mempengaruhi pembuluh darah, nervus, genitourinary, dan
traktus gastrointestinal bagian distal.
·
Penyebab
kematian: perdarahan yang tidak terkontrol
Penatalaksanaan
- ABC merupakan manajemen yang utama
- Koreksi hipovolemia : paling tidak 2 jalur IV ukuran besar terpasang
- Kirim darah untuk FBC, urea/elektrolit/kreatinin, profil koagulasi, dan rapid matched blood.siapkan 4-6 unit darah
- Lakukan pemeriksaan Fisik :
1.
Pembengkakan area suprapubik
atau groin area.
2.
ekimosis pada genitalia
eksterna, paha bagian medial dan area flank.
3.
darah dari urethra.
4.
abrasi, kontusio dari tulang
yang menonjol
5.
step-off, instabilitas
6.
krepitus pada palpasi bimanual iliac wing
catatan : (1) jangan mencoba
untuk melakukan test goyang pelvis untuk menentukan stabilitas karena hal ini
tidak reliable, tidak diperlukan dan dapat menyebabkan perdarahan tambahan. (2)
laserasi perineum, groin atau buttock setelah trauma mengindikasikan
adanya fraktur pelvic terbuka kecuali terbukti bukan. (3) pemeriksaan neurology
harus dilakukan dimana injury pleksus sakralis dapat terjadi.
·
Injury lain yang terkait :
1. inspeksi perineum untuk mencari luka
terbuka
2. lakukan pemeriksaan rectum untuk
menentukan posisi prostate, merasakan spikula tulang dan mencari adanya darah.
3. lakukan pemeriksaan vagina untuk mencari
luka terbuka.
4. jika ada bukti injury uretra, misalnya
darah pada meatus, memar pada skrotum atau prostate letak tinggi, hati-hati
pada fraktur pelvic yang dapat tidak stabil.
·
Jangan masukkan kateter.
Konsulkan pada urologist untuk kemungkinan pemasangan kateter suprapubik.
·
Lakukan
X ray pelvic untuk mencari kerusakan dan asimetri dari simphisis pubis.
·
Berikan analgesik yang adekuat.
·
Mulai
pemberian antibiotik pada kasus fraktur terbuka.
·
Gunakan
Sandbags untuk mensupport fraktur
pelvic yang tidak stabil.
·
Rujuk
ke orthopaedics untuk mengurangi dan meng-imobilisasi fraktur dengan C-clamp external fixator.
·
Jika
control perdarahan gagal, pertimbangkan angiografi dan embolisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar